Kematian bukanlah akhir dari cerita perjalanan kita, namun kematian adalah awal dari perjalanan kita menuju kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan Akhirat, Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang sebenarnya.
Ada sebuah kisah hikmah tentang Seorang musafir yang sedang melakukan perjalananna. Ketika dia lewat di suatu kampung. Ia melihat masyarakat di kampung itu sedang berkumpul dengan sangat ramai, sepertinya lagi mengadakan musyawarah besar.
Dia pun mencari tahu apa gerangan yang membuat mereka berkumpul , ternyata penduduk kampung itu sedang bermusyawarah tentang siapa yang akan mereka pilih menjadi pemimpin di kampung mereka. Anehnya, tidak ada satu orangpun yang mau mencalonkan diri menjadi pemimpin di kampung tersebut. Ia menjadi heran, kenapa
orang-orang ini justru mencari siapa yang mau menjadi pemimpin, karena menurut
kebiasaan orang malah rebutan untuk jadi pemimpin.
Usut punya usut, Rupanya ada suatu tradisi aneh di kampung itu. Setiap
seorang pemimpin selesai menjalankan tugas, ia akan dibuang ke suatu tempat
yang sangat berbahaya. Di padang pasir yang dipenuhi binatang buas dan berbisa.
Setiap orang yang masuk ke sana mustahil bisa keluar lagi dengan selamat. Entah siapa yang membuat peraturan ini.
Setelah berpikir sejenak ia pun mencoba menawarkan diri untuk jadi pemimpin
di kampung itu. Tentu saja penduduk kampung menjadi heran namun sekaligus senang.
Dengan penuh yakin ia menanda tangani perjanjian untuk menjadi pemimpin dan
siap dibuang setelah 10 tahun menjalankan tugas.
Namun musafir ini ternyata seorang yang sangat cerdas.
Pantas sekali ia berani menawarkan diri jadi pemimpin negeri itu. Dia bukanlah sembarang orang, sebelum mengambil keputusan yang bisa jadi akan membuat dia mati nantinya. Namun dia punya sebuah visi dan misi ketika dia menjalankan tugas menjadi pemimpin di kampung tersebut.
Di tahun pertama dan kedua ia mengumpulkan dana yang sangat
besar. Pada tahun ketiga ia menugaskan orang untuk membuat jalan ke padang
pasir tempat yang akan dijadikan tempat pembuangannya. Tahun keempat ia
membersihkan tempat itu dari binatang buas dan berbisa.
Tahun kelima ia memerintahkan orang untuk mengalirkan air
dan menanaminya dengan berbagaimacam tumbuh-tumbuhan. Tahun keenam sampai
kedelapan ia menyulap daerah itu menjadi kota yang sangat megah dan membuat
istana yang indah untuk tempat ia ketika dibuang nanti.
Akhirnya pada tahun kesembilan ia justru merindukan
jabatannya segera berakhir, karena ia tidak sabaran lagi untuk menempati rumah
masa depannya.
Itulah gambaran dunia dan akhirat bagi orang yang sadar.
Orang yang merasa cemas akan kematian karena ia membiarkan rumah masa depannya
dipenuhi binatang buas dan berbisa. Rumahnya hancur berantakan, bahkan dipenuhi
api.
Tapi bila kita persiapkan dengan segala amal shaleh, justru
akan membuat kerinduan untuk segera menuju ke sana. Ia malah merasa asing dan
tidak betah di dunia yang fana ini, karena harap menempati kampung nan indah di
seberang sana.
Orang yang cerdas adalah yang mempersiapkan diri untuk
kehidupan yang tiada berakhir. Dan orang yang teramat bodoh adalah orang yang
mengorbankan kehidupan yang abadi demi kesenangan yang hanya sekejap.
0 komentar:
Post a Comment